Sabtu, 09 Maret 2013

teori belajar kognitif dan penerapannya ke dalam pembelajaran



APLIKASI TEORI BELAJAR KOGNITIF

Hakekat belajar menurut teori kognitif di jelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptuala, dan proses internal. Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori kognitif ini sudah banyak digunakan. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavioristik. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat di perhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut :
1.      Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
2.      Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda –benda kongkrit.
3.      Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan penggalaman dapat terjadi dengan baik.
4.      Untuk menarik minat dan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si pembelajar.
5.      Pemahaman dan retensi akan meningkatkan jika meteri pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
6.      Belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar menghafal. Agar bermakna informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
7.      Adanya perbedaan individualis pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal dan sebagainya.
Ketiga aliran tokoh kognitif yaitu piaget, bruner dan ausebel secara umum memiliki pandangan yang sama yaitu mementingkan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar. Menurut piaget, hanya dengan mengaktifkan siswa secara optimal maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi denga baik. Sementara itu bruner lebih banyak memberikan kebebasan kepada siswa untk belajar sendiri melalui aktifitas menemukan (discovery). Cara demikian akan mengarahkan siswa kepada bentuk belajar induktif, yang menuntut banyak dilakukan pengulangan. Hal ini tercermin dari model kurikulum spiral yang dikemukakannya.berbeda dengan bruner, ausebel lebih mementingkan struktur disiplin ilmu. Dalam proses belajar lebih banyak menekankan pada cara berpikir deduktif. Hal ini tampak dari konsepsinya mengenai advance organizer sebagai kerabgka konseptual tentang isi pelajaran yang akan dipelajari siswa.
Dari pemahan diatas, maka langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh masing-masing tokoh  tersebut berbeda. Secara garis besar langkan-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irawan (2001) dapat digunakan. Langkan-langkah tersebut adalah sebagai berikut.
Langkah-langkah pembelajaran menurut piaget
1.      Menentukan tujuan pembelajaran.
2.      Memilih materi pelajaran.
3.      Menetukan topik-topik yang dapat dipelajar siswa secara aktif.
4.      Mementukan kegiatan yang sesuai dengan topik-topik tersebut, misalnya peneletian, memecahkan masalah, diskusi, simulasi, dan sebagainya.
5.      Mengembangkan metode pembelajaran untuk merangsang kreatifitas dan cara berpikir siswa.
6.      Melakukan penilaian dan proses belajar siswa.
Langkah – langkah pembelajaran menurut bruner
1.      Menentukan tujuan pembelajaran.
2.      Melakukan identifikasi karekteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar dan sebagainya.
3.      Memilih materi pelajaran
4.      Memilih topik-topik yang dapat di pelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh ke generalisasinya).
5.      Mengembangkan bahan-bahan belajar berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
6.      Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke yang kompleks, dari yang konkret ke yang abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik, sampai ke simbolik.
7.      Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
Langkah – langkah pembelajaran menurut ausubel
1.      Menentukan tujuan pelajaran.
2.      Melakukan identifikasi karekteristik siswa (kemampuan awal, motivasi, gaya belajar, dan sebagainya).
3.      Memilih materi pelajaran sesuai dengan karekteristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk konsep-konsep ini.
4.      Menentukan topik-topik dan menampilkannya dalam bentuk advance organizer yang akan di pelajari siswa.
5.      Mempelajari konsep-konsep inti tersebut, dan menerapakannya dalam bentuk nyata atau konkret.
6.      Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar